Bromo merupakan destinasi favorit untuk semua para traveler, backpacker atauapun fotografer dikarenakan pesona alam yang sangat luar biasa dan bikin ketagihan untuk kembali mengexplore Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Di kesempatan kali ini saya akan berbagi pengalaman tentang perjalanan backpacker ke Bromo saya bersama sahabatku. Setiap backpacker biasanya saya mengusahakan ada satu teman agar bisa untuk teman ngobrol dan teman sharing cost agar pengeluaran tidak membengkak.
Sebelumnya kalian bisa melihat ceritanya di youtube silahkan lihat di bawah ini :
Jadi saya akan berbagi pengalaman dari pertama sampai budget yang saya keluarkan selama di Bromo menggunakan kereta api via Probolinggo.
Persiapan
Persiapan yang saya lakukan pertama kali adalah menentukan kapan Backpacker di lakukan. Di cerita ini saya menentukan jadwal pada tanggal 12 agustus – 14 agustus 2019 dengan keberangkatan dari Jogja.
Penentuan jadwal pun jangan mepet karena masih mengatur Itenerary agar selama perjalanan tidak bingung, maka tentukan di mana destinasi yang di tuju dan informasi yang harus di gali agar selama di perjalanan berjalan dengan lancar.
Tak lupa persiapan sandang. Siapkan sandang kebutuhan suhu dingin. Seperti topi hangat, penutup muka, kaos tangan, jaket tebal, sepatu hiking dan perlengkapan lainnya agar selama di Bromo backpacker terasa nyaman dan aman.
Persiapkan tiket kereta api berangkat pulang beserta segera booking penginapan terdekat dari tempat yang di tuju.
Menurut Itenerary saya sampai di Probolinggo sore haru, setelah saya pertimbangkan akhirnya saya mencari informasi rental sepeda motor untuk menuju kawasan Bromo. Untuk rental bisa cek di google maps banyak sekali dan pilih rental sepeda motor yang bersedia mengantarkan sampai Stasiun.
Tak lupa bawa persiapan P3k karena kebutuhan ini sangat perlu di saat melakukan backpacker. Dan bawalah seperlunya sesuai kebutuhan selama perjalanan.
Oh iya untuk informasi dana / budget yang saya keluarkan akan saya bagikan di artikel paling bawah.
Hari Pertama Perjalanan (12 agustus 2019)
Hari pertama disibukan dengan cerita perjalanan di kereta. Karena saya berangkat dari Jogja yaitu dari stasiun Lempuyangan, maka dari sini (lempuyangan) menuju stasiun Probolinggo menempuh waktu kurang lebih 9 Jam.
Saya mendapatkan tiket kereta api Sri tanjung keberangkatan dari stasiun Lempuyangan pukul 07.00 WIb sampai di Stasiun Probolinggo pukul 16.10 WIB.
Akan tetapi jadwal sampai pun tak sesuai dengan jadwal seperti tiket yang didapatkan. Waktunya molor sampai pukul 16.25 WIB.
Untung saja saya sebelumnya sudah booking rental motor jadi untuk perjalanan ke Cemoro lawang saya tidak was-was, dan sebelum sampai stasiun Probolinggo saya konfirmasi dahulu agar tidak terlalu lama menunggu rental motor tersebut di stasiun.
Sebenarnya dengan sepeda motor matic tidak di sarankan masuk area lautan pasir Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, apalagi berboncengan. Kalau kalian masih belum ahli bisa-bisa kalian jatuh.
Yah karena budget mepet kalau sewa motor tril mahal akhirnya saya hanya mendapatkan sepeda motor vario 150cc, lumayan lah buat gas-gas sampai kawasan penginapan.
Perjalanan dari stasiun Probolinggo sampai tempat penginapan yaitu di kawasan Cemoro lawang yang merupakan pintu masuk Taman Nasional Bromo Tengger Semeru kurang lebih 1.5 jam, dengan jalan yang menanjak namun masih aman untuk di lalui dan jalur termudah untuk menuju Bromo.
Di pertengahan jalan suhu udara mulai berubah menjadi sangat dingin. Dengan perlengkapan yang sudah di siapkan sebelumnya, selama perjalanan sampai penginapan tak ada kendala apapun dan sampai dengan selamat.
Nah untuk penginapannya saya menginap di View Bromo Homestay. Untuk seputar penginapannya silahkan anda baca di artikel saya sebeleumnya tentang Homestay tersebut. Atau klik nama penginapan tadi di atas.
Karena penginapan saya dekat dengan pintu masuk area wisata bromo, maka dari itu sekalian saja saya mengeluarkan budget untuk tiket masuk di kawasan tersebut.
Saat datang di kawasan wisata kemungkinan anda akan di datangi oleh calo-calo yang memberikan bantuan mencari info sewa jeep. Disini saya ragu karena budget yang tipis, akhirnya kami sekedar meminta kontak calo tersebut dan saya tinggal ke kamar dan istirahat.
Selanjutnya pikir besok, padahal sudah berharap besok pagi harus ke penanjakan 1.
Hari Kedua Mengejar Sunrise Telat (13 Agustus 2019)
Sebenarnya saya sudah tidak yakin bisa mengunjungi area sunrise terbaik yaitu Penanjakan 1, akhirnya aku berfikir untuk bangun tidur agak siang. Akhirnya bangun jam 5 pagi. Berfikir secara cepat akhirnya terpikirkan Seruni Point menjadi tempat untuk melihat sunrise. Sebelum melakukan perjalanan tak lupa beribadah dahulu, gila abis dingin banget air disini.
Sedangkan dari penginapan sampai Seruni point tak begitu jauh. Masih aman dan bisa mendapatkan yang di inginkan walaupun untuk mengejar matahari terbit sih telat.
Seruni Point
Untuk menuju seruni point memang mudah kalau dari daerah Cemoro lawang, Probolinggo. Cek saja di google maps rute yang mudah walaupun ada beberapa jalan yang rusak, tapi menurut saya masih aman dan bisa di lalui sepeda motor.
Jalannya tetap ada tanjakannya. Kebanyakan para wisatawan mancanegara lebih suka dari tempat penginapan daerah cemoro lawang langsung jalan kaki sampai kawasan Seruni point padahal cukup jauh sih.
Kalau ingin melihat matahari terbit di sarankan membawa senter karena setelah parkir masih di lanjutkan jalan kaki menanjak.
Di spot seruni point saya bisa mendapatkan pemandangan Gunung Bromo dan temannya serasa luas, seperti foto-foto yang saya hasilkan.
Masuk Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Waktu menunjukkan pukul 8.00 Wib untuk cari pemandangan Gunung Bromo dari kawasan seruni point sepertinya sudah cukup dan di lanjutkan untuk menuju kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Untuk masuk di TNBTS ada restribusi dan jalan menuju lautan pasir gunung bromo sangat curam dan jika ingin bermain di lautan pasir gunung bromo menggunakan sepeda motor di sarankan menggunakan motor bebek atau trill dan jangan boncengan.
Kalau berbonceng maka akan seperti yang saya alami, sepeda motor sering oleng hehe.
Untuk lautan pasir gunung Bromo memang sangatlah luas, saya datang di waktu musim kemarau, jadi pasirnya sulit di lalui dan tebal-tebal. Saya di buru-buru dengan waktu karena ingin mendaki kawah gunung Bromo agar tidak kepanasan.
Mendaki Kawah Gunung Bromo
Untuk mendaki ke kawah gunung Bromo di mulai di tempat parkir jeep lautan pasir dan bisa di lanjutkan dengan jalan kaki jika kuat atau menggunakan transportasi kuda yang anda bisa sewa selama perjalanan berangkat pulang atau hanya 1 tujuan saja, harganya sih lumayan.
Karena saya ingin menikmati suasananya lautan pasir, akhirnya saya dan rekanku memilih untuk jalan kaki untuk berangkatnya. Hahaha… saya memberikan saran untuk jangan lupa membawa bekal air minum dan juga masker beserta topi agar terjaga.
Sebelum mendaki terdapat Pura Luhur Poten sebagai tempat ibadah yang beragama Hindu. Tidak sempat mengexplore di karenakan ada waktunya tidak boleh di kunjungi.
Selain menanjak selanjutnya akan bertemu anak tangga yang berjumlah 250 dan harus di lalui agar bisa sampai di puncaknya. Akhirnya sekitar pukul 10.00 kami sampai di puncak kawah gunung Bromo.
250 dan harus di lalui agar bisa sampai di puncaknya. Akhirnya sekitar pukul 10.00 kami sampai di puncak kawah gunung Bromo.
Setelah menikmati puncak kawah Bromo sebenarnya bisa saja explore sekitarnya kan ada wisata seperti Pasir berbisik, bukit teletubis dan masih banyak lagi. Namun karena teman lelah akhirnya kami kembali ke Homestay.
sekitarnya kan ada wisata seperti Pasir berbisik, bukit teletubis dan masih banyak lagi. Namun karena teman lelah akhirnya kami kembali ke Homestay.
Saat kembali untuk sampai di tempat parkir saya menggunakan transportasi kuda, sekalian mencoba rasanya naik kuda di lautan pasir gunung Bromo. Harganya antara 100 ribu – 70 ribu tergantung waktunya juga sih dan harga tersebut hanya perjalanan pulang. Namun saya menawar mendapatkan harga 60 ribu hehe.
Untuk hari ini saya lebih menikmati suasana desa di Cemoro lawang karena sangat nyaman sejuk dan bisa melihat aktivitas penduduk yang berbeda dari rumah sendiri.
Di sore hari dilanjutkan dengan sepeda motoran nongkrong di warung dan kembali ke homestay. Sempat mencoba cari sunset hanya saja tidak sesuai yang di harapkan.
Hari Ketiga Sunrsie Penanjakan 2 dan Kembali (14 Agustus 2019)
Karena gagal mendapatkan penanjakan 1 sebelum turun dari Seruni point di hari sebelumnya saya mendapatkan informasi dari pedagang di daerah tersebut kalau di atas Seruni Point adalah Penananjakan 2 yang tidak kalah juga dengan pemandangan dari penanjakan 1, hanya saja untuk penanjakan 1 berada di atas penanjakan 2, cuma beda angel saja.
Di hari ketiga ini, saya bangun pukul 03.00 Wib, membangunkan temanku yang ternyata merasa kurang enak badan. Setelah menimbang-nimbang saya memutuskan untuk meninggalkan teman di homestay agar istirahat terlebih dahulu dan saya meyakinkan diri sendiri untuk berangkat ke penanjakan 2.
Penanjakan 2
Pukul 04.30 wib saya mulai berangkat dan sampai di parkir seuni point pukul 04.00 wib. Suhunya sangat ekstrim bagiku karena saya memiliki alergi dingin, waktu itu suhunya 7°C.
Jalan sendiri menanjak di temani suara jangkrik memang seru beberapa kali bertemu dengan wisatawan mancanegara yang juga berjalanan kaki demi mendapatkan sunrise di penanjakan 2.
Pukul 05.00 sampailah saya di penanjakan 2 yang memiliki spot yang luar biasa. Lokasinya yang nyaman dan tidak begitu ramai.
Mulailah untuk mengabadikan matahari terbit dari Penanjakan 2 menggunakan Smartphone, kamera Dslr dan Drone, pokonya semua di pakai dan di eksekusi diri sendiri.
Sembari menggigil aku nikmati indahnya sunrise gunung Bromo. Tak di sangka bisa sampai di sini dan mendapatkan apa yang ingin di harapkan.
Oh iya kalau ingin ke Penanjakan 1 via probolinggo ini dan melewati jalur dari penanjakan 2 sebenarnya bisa, hanya saja setelah sampai di penanjakan 2 nanti di haruskan melewati jalan bebatuan, yang suka tantangan pastinya akan menikmati.
Ceritamu hanya sampai disini, selanjutnya adalah kembali ke Homestay, dan teman sudah sedikit baikkan. Kembali ke kota probolinggo, mengembalikan sepeda motor dan pamit terima kasih cerita di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.
Pengeluarkan Pokok
Nah pasti kalian menunggu ya, berapa sih pengeluaran anggaran saya selama backpacker ke Bromo dari Jogja, harga bisa saja berubah-rubah. Jadi ini adalah patokan harga selama perjalanan saya dan untuk kenaikan mungkin tidak terlalu signifikan.
- Tiket Kereta Berangkat / Pulang (Jogja – Probolinggo) : Rp.88.000 x 2 = Rp.176.000,-
- Sewa Sepeda Motor : Rp.120.000 x 2 hari = 240.000,- (share cost)
- Penginapan : Rp.207.500 x 2 malam = Rp.415.000,- (share cost)
- Tiket Masuk Kawasan Bromo : Rp.11.500,-/orang
- Retribusi Jalan Desa : Rp.5.000,-/motor
- Tiket Masuk Taman Nasional Bromo : Rp.29.000,-/orang
- Tiket Roda 2 Taman Nasonal Bromo : Rp.5.000,-/motor
Silahkan total sendiri pengeluaraan ku ini, selama perjalanan 3 hari 2 malam saya selama di bromo saya menghabiskan uang tidak lebih dari 1 juta, hanya 500rb lebih dikit belum termasuk makan sehari-hari.
Padahal banyak informasi dari teman-temanku kalau di Bromo itu mahal. Kalau saya sih jalan-jalan ngirit dengan tanda kutip *Tetap senang dan tidak kelaparan haha… Karena jalan-jalan bukan cari susah tapi cari senang dan pengalaman.
Nah apabila ceritaku ini sangat bermanfaat buat kalian boleh loh komentar di bawah dan juga bagikan ke media sosial atau teman-temanmu yang juga ingin explore Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.