Bagi sebagian orang Indonesia, 90% warga indonesia sangat ingin sekali liburan ke Bali. Bali adalah salah satu destinasi menarik yang wajib di kunjungi karena wisata alam khususnya pantai yang menarik, kultur dan juga budaya yang masih kental.
Bagi yang belum sama sekali datang ke Bali, mungkin anda akan merasakan seperti culture shock selama di Bali. Oh iya sebenarnya ini bukan pertama kalinya datang ke Bali, hanya saja karena liburan saya terbilang lebih bebas untuk tahun ini, saya bisa explore Bali sesuka hati saya.
Nah saya mau cerita beberapa Culture shock yang saya alami selama liburan di Bali,
1. Perbedaan Waktu
Yogyakarta itu di pulau jawa, sedangkan pulau jawa itu menggunakan waktu bagian barat sedangkan Bali itu menggunakan waktu bagian tengah. Perbedaan waktu satu jam ini sudah cukup mengagetkan saya yang terbiasa bangun pagi atau persiapan untuk sholat subuh. Waktu yang lebih dahulu satu jam, membuat saya hampir sering bangun siang hehe…
Dengan perbedaan waktu ini, aplikasi pengingat sholat sangat penting selama melakukan traveling.
2. Waktu Terasa Sangat Cepat
Saya merasa di Bali itu waktunya sangat terasa cepat. Semua serba terburu-buru dan serasa Bali itu tidak pernah sepi. Mulai dari pagi sampai malam dan malam sampai pagi tidak ada waktu untuk berhenti.
Perjalanan tiap tempat wisata yang jaraknya cukup jauh yang membuat salah satu alasan bahwa waktu di Bali begitu sangat cepat.
3. Bau dupa, Ada Cenang di Setiap Tempat (Sesaji)
Di Bali mayoritas adalah penganut agama Hindu, banyak canang atau sesaji di berbagai tempat. Tidak sebatas tempat-tempat yang disakralkan, di depan rumah, di sekitar perempatan jalan, dan bahkan di tempat umum lainnya.
Dengan adanya sesaji inilah bau khas pulau Bali yaitu bau dupa yang menyengat. Bagi saya yang jarang menghirup bau dupa sangat shock, apalagi kalau di jawa biasanya bau dupa merujuk ke hal-hal goib.
Namun akan berbeda dengan yang di Bali, adanya canang atau sesaji inilah bentuk syukur, perlindungan, dan persembahan kepada para Dewa dan Dewi.
4. Banyak Patung dan Pura
Selain Canang yang membuat kagum-kagum dan heran datang perdana di Bali adalah melihat begitu banyak Patung dan Pura di berbagai tempat.
Pulau Dewata ini memang menjadikan patung sebagai kekayaan budaya yang berkembang dan terjaga baik di masyarakat. Sedangkan, pura menunjukkan bahwa Hindu menjadi agama mayoritas yang dianut warga Bali.
5. Banyak Anjing Berkeliaran
Masyarakat Bali sebagian besar memang memelihara anjing. Bukan tanpa sebab, hubungan anjing dan masyarakat Bali sudah ada sejak lama. Anjing, bagi masyarakat Hindu Bali adalah makhluk yang setia, penjaga rumah baik dari gangguan nyata maupun tak nyata (Gaib), pengisi kesunyian rumah, bahkan menjaga harta majikannya.
Bali sendiri memiliki ras anjing asli, yakni Kintamani. Anjing Kintamani termasuk anjing pemberani, melindungi majikannya jika dalam bahaya atau disakiti orang asing, setia, tangkas, dan cepat tanggap.
Jadi kalau bertemu Anjing bergerombol di Bali tidak usah takut, aman dan sesuai dengan pengamalan saya tidak ada yang menyakiti selama kita juga tidak menyakiti mereka. Walaupun menurut agama saya (muslim) jika terhebut najis, jadi tetap berhati-hati saja.
6. Jalanan di Bali itu Sempit dan Semrawut
Dibalik keindahan yang diceritakan orang-orang tentang Bali, namun Bali memiliki sisi yang kurang menurut saya. Salah satunya adalah jalanan di Bali itu sempit dan semrawut.
Saya datang di Bali bukan saat peak season, namun kesemrawutan itu saya rasakan di saat malam hari atau saat berangkat kerja dan pulang kerja. Selain semrawut di tambah jalanan yang sempit.
Lokasi yang saya rasakan ini di antaranya di kawasan Kuta, Kuta Selatan, Ubud, Denpasar dan pusat-pusat wisata populer.
7. Banyak Wisata Murah dan Gratis
Sebagai salah satu surganya pelancong manca negara dan warga lokal. Bali menjadi destinasi wisata dengan tempat wisata yang banyak dan murah bahkan ada yang gratis hanya perlu membayar parkir.
Tenang, parkir di Bali itu terbilang lebih murah daripada di kota lainnya contohnya di Yogyakarta itu, haha Yogyakarta kota saya sendiri ini jika ada event atau di tempat wisata yang populer parkirnya sedikit mahal, saya sebagai warga lokal pun sedikit mengeluh.
8. Jarang Terdengar Adzan, Namun Bali Menjunjung Tinggi Toleransi
Atmosfir di Bali sangat berbeda sekali dengan asal saya. Selama liburan di Bali sama sekali tidak mendengarkan adzan secara langsung. Saya sempat lupa dan tidak sadar kalau di hari Jumat saya tidak melaksanakan sholat jumat dikarenakan masih melakukan perjalanan menuju destinasi berikutnya.
Meski mushola atau masjidnya tak sebanyak di kota mayoritas muslim, beberapa tempat di Bali menyediakan tempat salat. Ada pula masjid besar, meski jaraknya cukup jauh-jauh, jika dibanding kota-kota mayoritas muslim.
Alhamdulillah di Bali saya sempat menyempatkan untuk sholat di Masjid dekat Monumen Bajra Sandhi untuk merasakan bagaimana suasana sholat berjamaah di wilayah minoritas.
Seperti poin nomer 3 walaupun di masjid pun saya merasakan Bau dupa hehe,.. tetap masih menjadi culture shock bagi saya.
Bagi yang akan berangkat ke Bali semoga informasi ini bermanfaat ya, dan bagi yang sudah pernah ke Bali, apa sih culture shock kalian perdana ke pulau Dewata apakah kita sama atau ada tambahan lainnya, boleh komentar di kolom bawah.