Lensanasrul.com -Halo gaes ngeblog lagi nulis lagi pengalaman saya jalan-jalan, Setelah kemarin berada di kota sendiri, gowes ke Goa Slarong, lanjut hari minggu 10/1/2016 mencoba menjelajah semarang dengan sepeda motor berdua dengan teman touring baru.
Sebenarnya target dalam sehari di semarang ini ingin melampui 5 lokasi wisata di Semarang, akan tetapi dengan waktu yang tidak cukup karena molor dalam perjalanan akhirnya hanya 3 lokasi wisata yang masuk dalam perjalanan sehari melangkah 3 lokasi wisata di Semarang terlampui.
Lokasi yang masuk, di mulai dari Masjid Agung Jawa Tengah/Semarang yang luar biasa arsitekturnya, di lanjutkan dengan Kota Tua Semarang dimana banyaknya anak muda dan para fotografer mencari bahan untuk berkarya dan terakhir di Lawang sewu, bangunan tua yang sudah tidak asing di telinga,
Masjid Agung Jawa Tengah / Semarang
Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang |
Berawal dari masjid agung Jawa Tengah / semarang, yang di lokasi sekitar pukul 11.00 WIB di saat terik matahari cukup panas sekali. Masjid Agung Jawa Tengah adalah masjid yang terletak di Semarang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun 2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.
Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan Romawi. Bangunan utama masjid beratap limas khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20 meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari bangunan masjid setinggi 99 meter.
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.
Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna Setinggi 99 Meter terdiri dari : lantai 1 untuk Studio Radio DAIS MAJT, lantai 2 untuk museum Perkembangan Islam Jawa Tengah, Lantai 18 rumah makan berputar, lantai 19 Gardu pandang kota Semarang dan lantai 19 Tempat rukyat al-hilal.
Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, namun jika pengunjung ada yang ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut bisa menghubungi pengurus masjid.
MAJT memiliki koleksi Al Quran raksasa berukuran 145 x 95 cm². Ditulis tangan oleh Drs. Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi berada di dalam ruang utama tempat shalat. Bedug raksasa berukuran panjang 310 cm, diameter 220 cm. Merupakan replika bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri, menggunakan kulit lembu Australia.
Tongkat khatib MAJT merupakan tongkat pemberian Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darusalam. (Wikipedia).
Merasakan sholat Dzuhur di sini terasa dingin dan nyaman, selain itu bisa melihat pemandangan semarang dari atas menara, dan melihat pelabuhan dengan kapal-kapal besar.
Kalian harus mencoba datang ke Masjid Agung Jawa Tengah ini, jangan hanya selfi tapi ibadahnya tetap di jalankan.
Nambah Info :
Parkir : Rp.2.000,-
Naik Menara : Rp.7.000 untuk dewasa/anak-anak
Kota Lama Semarang
Gereja Blenduk di Kota Lama Semarang |
Kota Lama Semarang menjadi destinasi ke 2 ke Semarang, dari lokasi Masjid Agung Jawa Tengah tidak begitu jauh, di sini sekitar pukul 14.00 wib. Kota Lama Semarang adalah suatu kawasan di Semarang yang menjadi pusat perdagangan pada abad 19-20 . Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng Vijhoek. Untuk mempercepat jalur perhubungan antar ketiga pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai : Heeren Straat. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut De Zuider Por.
Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga Outstadt. Luas kawasan ini sekitar 31 hektare. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan “Little Netherland“. Kawasan Kota Lama Semarang ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2 abad, dan lokasinya berdampingan dengan kawasan ekonomi. Di tempat ini ada sekitar 50 bangunan kuno yang masih berdiri dengan kokoh dan mempunyai sejarah Kolonialisme di Semarang.
Untuk bangunannya Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah
Seperti kota-kota lainnya yang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda, dibangun pula benteng sebagai pusat militer. Benteng ini berbentuk segi lima dan pertama kali dibangun di sisi barat kota lama Semarang saat ini. Benteng ini hanya memiliki satu gerbang di sisi selatannya dan lima menara pengawas. Masing-masing menara diberinama: Zeeland, Amsterdam, Utrecht, Raamsdonk dan Bunschoten. Pemerintah Belanda memindahkan pemukiman Cina pada tahun 1731 di dekat pemukiman Belanda, untuk memudahkan penga- wasan terhadap segala aktifitas orang Cina. Oleh sebab itu, Benteng tidak hanya sebagai pusat militer, namun juga sebagai menara pengawas bagi segala aktifitas kegiatan orang Cina. (Wikipedia)
Gereja Blenduk menjadi daya tarik pertama di saat datang di kota lama semarang, bangunan yang sangat mencolok dari beberapa bangunan yang berada di sampingnya yang tak jauh berbeda. Sebenarnya saat datang di sini saya sedikit bingung, untuk mencari angel yang terbaik, jadi mohon maaf jika foto yang saya dapatkan tidak terlalu banyak.
Namun beberapa foto yang saya bagikan bisa memberikan gambaran sedikit untuk mengetahui bagaimana suasana di Kota Lama Semarang.
Gambaran Menurut Penulis Blog
Isi tulisan ini menggambarkan tentang lokasi di Kota lama semarang menurut saya, Pusat utama adalah greja Blenduk dengan jalan konblok yang sangat menarik seperti di UGM kalau di yogyakarta, di samping terdapat bangunan bangunan ekonomi di masa penajajahan Belanda, sepertinya masih aktif. Karena saya datang pada hari minggu jadi di sana tetap tenang dan santei.
Ada kios penjual oleh-oleh merchendise, taman kecil yang bisa untuk menikmati suasana Kota Lama Semarang, itulah sedikit gambaran yang saya berikan.
Di sini tidak di pungut biaya, saya hanya mengeluarkan ongkos parkir, Rp.2.000, ini adalah wisata murah meriah untuk menikmati/mengenang masa lalu.
Lawang Sewu, Semarang
Dan di sinilah lokasi terakhir yang saya jelajahi untuk mencari pengalaman. Lawang sewu yang menjadi salah satu icon di Semarang yang menjadi tempat lokasi yang tidak asing di telinga, yang sering masuk televisi dalam berbagai info dari info sejarah dan mistis.
Lawang Sewu (bahasa Indonesia: seribu pintu) adalah gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober – 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi. (wikipedia)
Alhamdulillah ini adalah pengalaman luar biasa karena sebelumnya saya belum pernah ke destinasi ini. Hanya masjid Agung saja yang sudah pernah akan tetapi saat umur masih bocah dan ingatan sedikit lupa. Jangan lupa di baca juga aritkelku lainnya seperi sebelumnya di Goa Selarong, Candi Abang, Lava Bantal, dan masih banyak lainnya.